08 Juli 2008

"Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar" *

mungkin benar yang dikatakan Chairil, bahwa cinta ialah sebuah bahaya besar yang cepat membesar dan juga cepat menyusut bahkan pudar dalam hati seseorang. inilah yang terjadi padaku saat ini. begitu menggelora cintaku pada nadya hingga aku rela melakukan apapun asal tak termasuk larngan imanku, namun kini, setelah semuanya berlalu aku hanya bisa mengenangnya dengan tertawa karena semua yang ku lakukan dan pikirkan dulu hanyalah sebuah riak air yang menjadi gelombang kemudian lekas kembali tenang.

Nadya, seorang perempuan cantik berumur 24 tahun dengan badan agak gemuk putih dan tinggi serelingaku. Nadya pertama aku kenal dari seorang teman lama yang waktu itu menjadi kekasih Nadya. pertemuan yang biasa saja meski aku sempat meliriknya, paras cantik dengan intelektual yang tinggi tentu saja cocok dengan teman lamaku yang juga tampan, pamdai serta sejahtera sedangkan aku seorang pengangguran terselubung alian mahasiswa semester akhir yang hanya menunggu uang orang tua tipa bulan meski kadang aku juga kerja paruh waktu di sebuah restorant cepat saji sebagai cleaning servis atau kadang juga sebagai kasir. restaurant yang terletak disebuah mall baru di kota kelahiran dan tempatku tumbuh.

Nadya yang kali kedua ku temui ketika ia memesan paket nasi, ayam, dan soft drink saat aku menjadi kasir aku kasih ia bonus ia kentang goreng ukuran besar. bonus itu aku berikan untuk menyenangkannya setelah aku tanyakan kabar teman lama ku

"aku udah ga jalan ma dia sekarang, jomblo."

dan teringatlah ku tentang ketertarikanku dulu padanya dan sebagai langkah awal aku berikan ia kentang goreng ukuran besar serta senyum ku yang paling ramah, meski sangat susah menciptakan senyum ramah dari wajahku yang kaku.

"Nadya kuliah ato kerja?"
"aku udah kerja, kamu udah kerja berapa lama disini?"
"baru 2 bulan, kamu,..."

hendak aku teruskan pertanyaanku tapi managerku segera datang sehingga percakapan itupun berakhir namun setelah makan Nadya kembali menghampiri aku dan tersenummanis sekali sembarimemberikan aku secarik tissu yang bertuliskan nomer handpondnya. aku sangat bahagia seperti ada sebuah orkestra yang bregemuruh dalam dadaku mengalum begitu indah dan megah.

aku jatuh cinta.

berikutnya menjadi hal yang luar biasa. kami mulai saling komunikasi dengan sangat amat lancar dan sering melalui telpon, sms, dan kadang bertemu setelah aku pulang kerja atau saat aku libur.