27 Agustus 2008

ISTILAH-ISTILAH DALAM SASTRA DAN TEATER

Baca Puisi : Kegiatan menyampaikan atau membaca puisi di depan hadirin dengan sepenuhnya menyimak puisi yang dsampaikan, unsur gerak-gerik anggota badan atau perubahan raut muka (mimik) tidak dipentingkan; membaca uisi muncul tahun 1960-an yang diperkenalkan oleh W.S. Rendra dengan istilah poetry reading, yang berasal dari Amerika ---- bandingkan dengan deklamasi. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Deklamasi : Perbuatan menyampaikan isi sajak yang disertai gerak dan mimik yang baik di depan umum. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Drama : Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarakan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Drama : Idem (Kamus Besar Bahasa Indoesia, Edisi Ketiga 2001).

Teater : Seni drama; sandiwara; gedung atau ruang tempat pertunjukan film, sandiiwara, dsb. (Teater berasal dari kata 'teateron' bahasa Yunani yang berarti Takjub melihat/memandang). (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Teatrikal : kb. theatricals j. pertunjukan drama khususnya oleh amatir. -ks. 1 yang berkaitan dengan sandiwara. 2 yang dibuat-buat. to assume a t. manner bertingkah-laku yang dibuat-buat. (BoMichael Olsson, Linguist Version 1.0, Copyright 1997)

Realisme : Aliran yang berusaha mengemukakan, melukiskan, atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya, bersifat objektif (perasaan pengarang tidak diikutsertakan); masuk dalam aliran realisme adalah: Naturalisme, determinisme, impresionisme. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Naturalisme : Aliran dalam seni atau sastra yang melukiskan sesuatu sebagaimana adanya, sering cenderung kepada lukisan yang buruk, karena ingin memberikan gambaran nyata tentang kebenaran. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Determinisme : Cabang aliran naturalisme yang dapat diartikan 'paksaan nasib', tetapi bukan nasib yang ditentukan Tuhan melainkan nasib yang ditentukan keadaan masyarakat sekitar seperti kemiskinan, penyakit, kesukaran akibat peperangan, dsb. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Impresionisme : Aliran seni sastrayang lebih mengutamakan pemberian kesan atau pengaruh perasaan daripada kenyataan atau keadaan sebenarnya. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Ekspresionisme : Aliran kesusastraan yang lebih mementingkan soal-soal kejiwaan daripada menggambrakan kejadian-kejadian yang nyata; pengarang ekspresionisme menyatakan perasaan cintanya, bencinya, kemanusiaannya, rasa ketuhanannya yang tersimpan di dalam dadanya. Naturalisme : Aliran dalam seni atau sastra yang melukiskan sesuatu sebagaimana adanya, sering cenderung kepada lukisan yang buruk, karena ingin memberikan gambaran nyata tentang kebenaran. (Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia,Surabaya, 1993).

Ekspesionisme : Aliran seni yang melukiskan perasaan dan pengindraan batin yang timbul dari pengalaman di luar yang diterima tidak saja oleh pancaindera, melainkan juga oleh jiwa seseorang. (Kamus Besar Bahasa Indoesia, Edisi Ketiga 2001).