22 Agustus 2008

cerpennya ani


PUNCAK PENJARA HATI



Suatu ketika Ardian sedang asik duduk di tempat keramaian barsama teman-temannya. Di saat berkumpul dan bercanda tawa dengan teman-temannya, Ardian justru bersikap aneh. Sikap yang tidak biasanya ia lakukan saat berkumpul dengan teman-temannya. Keanehan sikap yang ditimbulkannya tidak mempengaruhi teman-temannya yang lain. Mereka justru asik dengan pembicaraan dan canda tawa masing-masing. Sedangkan Ardian asik dengan fantasinya yang beterbangan seperti daun yang tertiup oleh angin. Beban hidup yang harus Ardian hadapi dan mengisi serta mewarnai dunia fantasinya. Dengan menyandarkan kepalanya pada dinding, melihat lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang lewat, dia merasa terkungkung dalam belenggu yang mengikat hati dan pikirannya. Ingin rasanya dia bebas layaknya burung yang terbang bebas dan lepas di langit yang biru seperti tanpa beban.

Ketika malam semakin larut, begitu hening dan sunyi. Hanya terdengar suara petir yang menggelegar memecah keheningan malam, daun-daun dan debu-debu beterbangan tertiup oleh kencangnya angin. Yang merupakan pertanda akan turun rahmat-Nya. Namun itu juga tidak memecah konsentrasinya dalam berfantasi. Keterkungkungan yang sedang Ardian rasakan sekarang membuat dia merasa terpenjara dalam dilematis. Ia hanya duduk seperti orang yang tak sadarkan diri.

Di tengah menjalani proses skripsi yang dikejar waktu, Ardian harus menghadapi keputusan orang tua Rena. Yang terkesan mendesak dan terlalu buru-buru. Rena adalah kekasih Ardian yang sudah ia pacari sejak semester enam. Mereka bertemu saat teman Ardian mengenalkan Rena padanya. Sejak saat itulah Ardian merasa tertarik dengan Rena pada pandangan pertama. Setelah berkenalan, Ardian terus menghubungi Rena dengan cara menelpon atau smsan. Berbagai macam cara Ardian lakukan untuk mendapatkan hati dan simpati dari Rena. Rena pun juga merespon semua yang dilakukan oleh Ardian. Akhirnya mereka pun jadian dan berpacaran. Di tengah kehangatan cinta dan kasih sayang yang mereka jalani, Ardian harus siap berpacaran sembunyi-sembunyi dari orang tua si Rena. Layaknya seorang perampok yang ingin mengambil barang-barang dalam rumah orang lain. Ardian siap dengan segala resiko yang harus ia hadapi saat berpacaran dengan Rena.

Ardian beruntung mendapatkan pacar seperti Rena, karena Rena selalu membantu dalam berbagai macam hal yang dihadapi oleh Ardian. Kehidupan Ardian yang berasal dari keluarga yang broken home,tidak mengurangi rasa cinta Rena pada Ardian. Sedangkan Rena berasal dari keluarga yang lengkap dan bahagia, namun dengan prinsip orang tua Rena yang tidak mengijinkan anak-anaknya berpacaran membuat Rena harus menjalani hubungan sembunyi-sembunyi dengan Ardian. Orang tua Rena menginginkan langsung pernikahan saja, jika ada seseorang yang menyukai anaknya dari pada harus pacaran terlebih dahulu. Orang tua Rena lebih condong pada norma agama yang dianutnya. Rena adalah anak bungsu dari dua bersaudara, dan kakaknya sudah berkeluarga.

Rena yang hidupnya selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya tidak membuat Rena selalu bergantung pada orang tuanya. Namun kedua orang tuanya selalu mengkhawatirkan jika Rena menjalin hubungan dekat dengan seorang laki-laki. Rena menutupi hubungannya dengan Ardian dari kedua orang tuanya karena dai takut kehilangan cintanya. Dia menunggu saat yang tepat untuk menceritakan pada orang tuanya.

Ardian harus menjalani skripsi dulu untuk bisa lulus, sesuai dengan target yang ia rencanakan. Namun dalam menjalani proses skripsi dia mengalami kesulitan, padahal kesulitan itu harus ia hadapi hingga proses skripsi selesai. Ia harus menghadapi dosen walinya yang galak dan mudah sekali emosi. Ardian mendapat dosen wali yang galak dan mudah emosi membuatnya merasa tertantang untuk bisa terus bersemangat dalam menjalani proses skripsi. Dengan dukungan dari Rena, Ardian merasa lebih termotivasi untuk menyelesaikannya.

Di tengah-tengah perjalanan proses skripsi, Ardian diterjang badai kencang yang menerpanya. Kedua orang tuanya bercerai dan dia harus menjalani proses skripsinya tanpa dukungan dari orang tuanya. Kedua orang tuanya sibuk dengan urusan dan kesibukan masing-masing, hingga lupa memberikan perhatian dan kasih sayang pada anaknya. Kebahagiaan yang harusnya ia dapat dari kedua orang tuanya, telah terampas oleh keegoisan masing-masing. Cahaya matahari yang hangat dan bersinar di pagi hari tiba-tiba hilang tertelan oleh awan mendung. Suasana yang mendung, awan yang tebal dan tidak kuat untuk menahannya serasa ingin memuntahkan semua yang ada didalamnya.

Ardian tetap kuat dan teguh menghadapinya. Rena salalu menjadi pegangan dan motivasi untuk Ardian. Selang beberapa hari, datang masalah baru yang datang menerpa Ardian. Hubungannya dengan Rena diketahui oleh kedua orang tua Rena. Alhasil yang terjadi, ketakutan yang sering datang menghantui pikiran Ardian. Terjadi juga dalam realita kehidupan Ardian. Ardian diminta untuk menikahi Rena secepatnya. Belum lama permasalahannya selesai, muncul lagi kegundahan yang menaungi hatinya. Saat itu, merupakan puncak dari kegundahan dan kebingungan Ardian menghadapi hal-hal tersulit yang harus ia putuskan secepatnya, bahkan membutuhkan pertimbangan yang sangat dalam. Keputusan menyongsong masa depan.

Ardian sangat sayang pada Rena, namun dalam berkeluarga tidak hanya mengandalkan cinta dan kasih sayang tetapi materi juga sangat penting. Sedangkan Ardian tidak mempunyai pekerjaan, bagaimana nanti dia akan menghidupi dan membahagiakan keluarganya jika dia dituntut menikahi Rena secepatnya tanpa mempunyai pekerjaan. Ardian tidak ingin melihat orang yang ia cintai menderita. Di sisi lain Ardian harus menyelesaikan skripsinya yang kejar deadline dangan dosen yang galak dan mudah emosi.

Permasalahan demi permasalahan yang datang berkunjung dan singgah di hati Ardian, membuatnya serasa berada di tengah lautan dan dipermainkan oleh ombak yang tak jelas membawanya ke arah mana. Kebingungan yang semakin naik dan tidak pernah menurun membuat Ardian terus mengarungi lautan yang tidak jelas ke manakah dia harus berjalan dan manakah yang harus dia lakukan dahulu. Studi yang sudah di depan mata atau puncak cintanya di pelaminan. Cinta yang seharusnya membawanya ke puncak kebahagiaan, justru menambah beban di hati yang harus ia pikul sendiri.

Tiba-tiba Ardian tersentak dan kaget saat temannya memukul pundaknya. Tersontak pula fantasinya hilang dan lenyap. Ekspresi senyum dan tertawa terbahak-bahak yang ia tunjukkan pada teman-temannya seakan-akan tidak ada permasalahan membuat temannya juga ikut tertawa. Wajah kegembiraan di tengah suasana hati yang dirundung kemelut permasalahan. Belum sempat ia menggapai sagala keinginannya, Ardian harus menjalani hidup yang baru. Hidup yang penuh dengan canda tawa dan permainan anak-anak. Di mana sosok jiwa kekanak-kanakannya terlahir kembali. Tidak mempunyai beban masalah dalam hidup dan tidak pernah memikirkan kesusahan apapun. Hanya kesenangan dan bermain saja yang ada dipikirannya. Puncak kegundahan hati Ardian yang terus berlayar tiada tempat untuk berlabuh, ia luapkan dalam ekspresi kegembiraan dalam keterkungkungan. Tekanan batin yang ia rasakan, membawanya ke dalam kebahagiaan yang maya. Kemelut hidupnya yang membawa Ardian ke dalam dunia baru yang harus ia jalani sekarang.