17 Agustus 2008

Mama


"mama,..." "mama,..." "mama,..."
sesenggukan aku sendiri diujung kamar memanggil mama yang tak kunjung datang. malam ini kian mengerikan setelah badai yang penuh dengan suara petir serta lampu padam. tak ku dengar suara siapapun malam ini. tak ada suara papa, adikku adrye, dan mama. malam ini aku sendiri di rumah sebesar ini, seorang gadis kecil yang baru berumur 14 tahun dan tak pernah merasakan sekolah serta bermain dengan anak-anak tetangga sekalipun.
dulu mama sering membelikan aku kue kering dan biskuit pada saat belanja mingguan. rumah kami memang agak jauh dari pusat kota, kira-kira satu setengah jam perjalanan. meski aku tak pernah keluar rumah, mama selalu menceritakan aku bagaimana orang-orang saling berhubungan dan bagaimana mereka saling menghancurkan karena itulah aku dilarang mama keluar rumah. "ketika kau ke kota nanti, kau akan menemukan banyak nenek sihir, setan berdasi, setan menyetir truk, manusia-manusia srigala dan banyak hal lain yang mengerikan. jadi,..? apakah kau masih ingin ikut dengan mama ke kota untuk belanja mingguan?" jawaban yang tidak pernah aku duga dari mama saat aku bertanya tentang keinginanku belanja mingguan dengan mama. setalah itu aku tak pernah berharap pergi ke kota meski kadang juga aku inginkan itu. adrye, adikku memiliki keberanian yang hebat sebab ia berani keluar rumah bahkan bersekolah. kata mama adrye dikarunia oleh tuhan kekuatan untuk melawan kejahatan. aku percaya saja sebab ia mampu membaca tulisan-tulisan aneh dari bukunya. pernah kucoba menirukan ucapan adrye ketika ia belajar membaca namun mama melarangku. "novia! jangan pernah kau belajar membaca seperti adrye!" hardik mama tiba-tiba dari arah punggungku. adrye hanya tersenyum lalu mengedipkan mata lucu. di tiap malam adrye selalu membaca keras-keras supaya aku juga bisa menirukannya belajar. kami memang saling menyayangi. malam-malam sebelumnya memang aku selalu sendiri sebab aku hanya boleh tinggal di ruang bawah tanah dan hanya boleh ke atas ketika pagi sampai sore setelahnya aku di rung bawah tanah dan makan malamku hanya kue kering atau biskuit serta susu coklat sedangkan mama, papa, dan adrye makan malam di atas, entah dengan menu apa. pagi tadi aku mendengar papa mengatakan akan pergi dari rumah untuk selamanya dan meninggalkan kami semua di rumah ini. mama menangis bahkan mengiba pada papa sedangkan adrye belum pulang sekolah. aku mendengarnya, mereka bertengkar tentang masa depan mereka. papa bosan dengan kehidupan desa yang membuatnya makin tertekan setelah kehilangan pekerjaan akhir tahun lalu. "tahukah kau! setiap hari aku merasa makin tertekan dirumah busuk ini! tak ada lagi kedamaian!" "kau selalu menuntut dari aku tapi apa yang telah kau berikan!! apa!!!" "aku telah berikan kau semuanya tapi kau telah menghancurkannya dengan melahirkan seorang anak perempuan cacat!!!" "jadi aku yang salah?! bukankah kita berdua yang membuatnya cacat!" "aku?! kau yang tak inginkan dia sejak awal! aku telah melarangmu melakukan apapun termasuk mencoba menggugurkannya. dan hasilnya gadis kecil itu tetap lahir namun cacat. sebenarnya aku menyayanginya tapi wajahnya itu,..." "kenapa dengan wajahnya? dia memang tidak sama dengan yang lain tapi dia anakku, anak kita" terdengar pintu tertutup dengan keras sampai kaca jendela terasa bergetar. dalam hati aku bertanya-tanya siapakah anak gadis yang membuat papa dan mama bertengkar. selama ini aku tak tahu kalau aku memiliki seorang saudara perempuan. aneh. aku dengar suara mama menangis. mama menjerit lalu terdengar suara benda berat yang jatuh. aku kaget dari setengah tidurku. mencoba menerka apa yang jatuh. ketika aku mencoba membuka pintu ruang bawah tanah untuk melihat apa yang terjadi, pintu itu tak mau di buka. di kunci dari luar. aku memanggil-manggil mama tapi tak ada jawaban suasana makin gelap dan aku takut. "mama" "mama" "mama" "mama" tak ada suara yang menyaut teriakanku. aku tak tahu adrye dimana. aku tak tahu papa dimana. aku tak tahu mama kemana. dan aku hanya menangis menanti, menanti, dan menanti. selesai 10 mei 2008

Merdeka!

Dan debarmu jadi jantungku
Membahana jadi gaung empat dunia

Mana kawan indah itu?
Yang mengambang di atas kebebasan
Yang terikat sutra beban
Yang senyum manisnya jadi dahaga

63 tahun tidak terasa, kawan.
Tak ada merdeka itu
Tak terlihat sejahtera melanda
Tak terasa damai menidurkanku tiap malam

Semua hanya kata-kata. yang
Musnah di telan angin musim kemarau

Merdeka kata mereka!
Merdeka juga kataku!

Merdeka dari duka
Merdeka dari nestapa
Merdeka dari serakah
Merdeka dari utang orang tua
Merdeka dari tikus-tikus korupsi
Merdeka dari NARKOBA
Merdeka dari amoral
Merdeka dari merasa yang paling benar
Merdeka dari penjahat berdasi
Merdeka dari ilegal loging
Merdeka dari kebodohan
Merdeka dari kemiskinan yana meradang
Merdeka dari benci
Merdeka dari semua yang melanda jadi dusta

kawan, kita masih muda
bukan tua seperti mereka
lalu kenapa kita tak angkat diri
lari lebih kencang, maju paling depan

dunia di cipta untuk kita ibadah
tuhan, anggap menyerah!
mari kita mengombak bara muda
bukan tinju yang kita kepal, tapi
hati jujur, ikhlas, dan usaha kita genggam