15 Januari 2009
Lintang-lintangku
Tuhan, kenapa aku menjadi perasa.
ketika kubaca lembar-lembar Lintang baru
dalam berita kota.
tak perlu jauh aku sebrang ribu pulau
tak ayal aku susah kayuh sepeda puluhan kilo
mereka, Lintang-lintang muda dipelukku
Haryono. mengayuh sepeda dan baca pakai
lampu minyak
hidup di tambak keramba
Iis. putri angkasa wajah sumbing
alas kaki tak ada. tinggal baju krem dan
rok merah kelabu
Joko. hirup sampah tiap hari
tak ada serpih tak ada kasih
hidup menunggu waris bapak ibu
: rumah kardus mudah gusur.
tak jauh aku liat Lintang sedih
menanti liburan monyet kapan datang
hingga kata, aksara, dan angka mudah saja ada
hingga matahari didepanpun nampak
tak perlu malam suntuk sampai ajal menjambak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar