tak ada yang tahu kemana aku melangkah hari ini. bebas rasanya, tak ada lagi orang-orang yang mengawasiku siang dan malam hanya untuk mengetahui apakah aku baik-baik saja.
aku lari dari rumah,.. ya,.. aku lari dari rumah yang telah membuat aku terus bermimpi tentang dunia luas. kini, semua itu bukan lagi mimpi. aku berlari kencang sekali setelah berjalan berjingkat sepanjang blok rumahku.
tujuan yang aku jelas, jelas sejelas matahari musim panas. aku akan mencari katya. wanita yang telah mencuri perhatianku, wanita yang telah menyita semua impianku. kami bertemu saat misa pagi di gereja. ibu sangat ingin membawa kami, aku dan adikku, ke gereja sejak dulu terakhir aku ke gereja saat aku dibaptis entah berapa tahun yang lalu. pagi itu memang aneh, cuaca begitu cerah meski musim dingin sedang menjadi-jadi. tak ada kabut. aku mengenakan pakaian terbaikku sedangkan adikku, yosef, masih terkantuk bahkan tidur disaat semua jemaat membacakan salah satu bagian injil.
katya bukan seorang katolik seperti aku, ia seorang muslim. ayahnya memiliki sebuah toko bunga di depan gereja. bersama ayahnya ia menawarkan bunga setiap hari kepada para jemaat dan pejalan kaki.
pertama yang kulihat dari katya ialah matanya. mata itu sangat indah, hijau seperti zambrut yang dibentuk dengan sempurna. aku menghampirinya mencoba menggodanya dengan senyum terbaikku. menanyakan harga setangkai bunga mawar tanpa melihatnya sebab yang ku perhatikan hanya matanya, zambrut itu. mendapat prlakuan itu zambrut muslimku tersipu tanpa kusadari ayahnya memperhatikan kami dan mengambil alih percakapan kami
"ada apa anak muda?"
"maaf pak, berapa harga mawar itu?" jawabku sedikit gugup
"1 dolar 50 sen"
tanpa berpikir panjang aku menyerahkan uang ke tangan ayah katya. ketika aku tetap tak beranjak dari tempat ku semula, ayah katya kembali membangunkan lamunanku
"ada lagi anak muda?!"
"tidak, terimakasih" lalu aku dengan enggan beranjak menuju gereja. menuju misa pertamaku. seminggu kemudian aku kembali ke gereja untuk melaksanakan misa. ketika akan membeli bunga aku mencari-cari alasan untuk menanyakan namanya. "tolong tuliskan di kertas ini "dari andrye" a-n-d-r-y-e andrye!"
"maaf nona,...?"
"katya."
"ya, nona katya. aku ingin anda merangkaikan saya bunga yang cantik" dengan cekatan katya berdiri lalu memilih beberapa bunga kemudian ia selimuti bunga itu dengan plastik bening serta memberinya pita. indah sekali. inilah bunga terindah yang aku beli. "ini tuan"
"jangan panggil saya tuan, panggil saya andrye"
"10 dollar tuan!" tiba-tiba aku mendengar suara ayah katya dari belakangku, terlihat sekali dalam nadanya bahwa ia tak suka aku bicara terlalu lama dengan anaknya, zambrut sempurnaku.
aku menyerahkan uang sepuluh dollar kepada ayah katya lalu pergi. dari belakang aku mendengar katya menayakan kenapa harga bunga itu mahal sekali
"bunga itu memang hanya 3 dollar saja, tapi ia bicara padamu terlalu lama dan aku tidak suka"
"maaf ayah" malam itu, seperti biasa aku makan malam bersama ibu dan adikku, yosef, malam itu adalah malam yang indah. bulan dapat kulihat dari sela-sela jendela. langit begitu jernih. angin bertiup tenang dan aku membayangkan zambrut sempurnaku malam malam bersama kami atau mungkin hanya kami berdua. di meja ada lilin yang menyala dan terdengar suara seksofon mengalun pelan. oh,... indah sekali. kenapa itu aku sangat suka melamun, sebab di dunia ini aku bisa merasakan apa saja ingin aku rasakan, dan aku memilih merasakan katya tiap malam dan merindukan miusa pagi di hari minggu, bukan hanya untuk berdoa tapi juga untuk melihat matanya yang indah luar biasa. pagi hari di hari minggu yang dingin aku bergegas ke gereja, aku berangkat terlebih dulu daripada ibu dan yosef. telah ku sipakan sebuah pertanyaan untuk katya. aku ingin menanyakan maukah ia makan malam denganku kapan saja katya punya waktu luang.
pakaian terbaik yang kumiliki telah terpakai, parfum, minyak rambut, sepatu telah aku persiapkan, semuanya terbaik. terbai yang pernah aku miliki aneh. aku yang terlalu pagi atau bagaimana? tak kulihat bus mini tempat katya dan ayahnya menjual bunga. aku menunggu tapi ku yakinkan pada diriku bahwa katya akan datang dengan ayahnya dan menjual mereka lalu aku akan membeli sebuah rangkaian bunga yang indah buatan katya.
aku tetap menunggu hingga ibu dan yosef datang serta para jemaat. aku masih menunggu hingga jemaat masuk ke gereja semua. dan aku masih menunggu ketika gereja telah sepi. hujan turun aku pasang payungku dan tetap berdiri ditempat yang sama selama hampir tujuh jam. aku pergi pulang ketika yosef menjemputku untuk makan malam. malam itu tak indah sama sekali bahkan suram. tigabelas misa pagi telah lewat tanpa aku melihat zambrut sempurnaku, katya, dan selama itu aku tak pernah mengikuti misa aku hanya duduk ditempat yang sama ketika aku menanti katya. pakaian, parfum, minyak rambut, sepatu yang sama setiap minggu kukenakan. ingin sekali aku mengatakan bahwa aku ingin makan malam dengannya, memegang tangannya, dan menatap zambrut indah matanya.
ingin sekali aku mengatakan aku merindukannya. bahkan dalam mimpi dan lamunan ia tak datang, tapi telah kukuatkan hatiku.
aku akan tetap menunggunya bahkan mungkin mencarinya. karena kesibukan anehku (aneh menurut ibu dan yosef) aku dilarang datang di misa pagi ini. mereka mengatakan bahwa pastur melarang ia datang ke gereja. padahal selama ini aku tak pernah masuk gereja hendak aku protes tapi mereka dengan cepat menutup pintu kamarku dari luar.
"ibu, ibu, ibu. aku ingin pergi ke gereja ibu."
"yosef, yosef, yosef"
aku ulai memohon namun yang terdengar hanya bunyi klik pintu rumah ditutup. aku melihat mereka berangkat dari jendela kamarku yang berteralis. kupegang gagang jendela besiku, menyesal karena aku tak tahu pikiran busuk mereka yang telah mengurungku. selama ini, ibu selalu melarangku keluar rumah selain ke gereja. ia mengatakan bahwa dunia luar hanya akan mengacaukan pikiranku. ternyata, memang pikiraku kacau di saat pertamakali aku keluar rumah menuju gereja lalu makin kacau ketika aku mulai menyadari betapa aku ingin beretemu katya. tapi aku merasakan keanehan dari pikiranku ini, ia tidak membuat aku merasa lemah melainkan hebat, ia tidak membuat aku terpuruk tetapi ingin menantang dunia, ia tak menciptakan sedih melainkan gembira yang tertahan, menanti untuk di keluarkan. kini aku telah lari dari rumahku. meninggalkan ibu dan yosef di malam hari. aku akan menuju arah yang paling aku suka. aku akan melangkah menuju getar-getar kuat dalam hatiku. aku akan menunggu. bukan hanya menunggu diam, tapi aku akan menunggu dengan mencarinya, katya, zambrut sempurnaku. cintaku. (selesai 22 april 2008)
aku lari dari rumah,.. ya,.. aku lari dari rumah yang telah membuat aku terus bermimpi tentang dunia luas. kini, semua itu bukan lagi mimpi. aku berlari kencang sekali setelah berjalan berjingkat sepanjang blok rumahku.
tujuan yang aku jelas, jelas sejelas matahari musim panas. aku akan mencari katya. wanita yang telah mencuri perhatianku, wanita yang telah menyita semua impianku. kami bertemu saat misa pagi di gereja. ibu sangat ingin membawa kami, aku dan adikku, ke gereja sejak dulu terakhir aku ke gereja saat aku dibaptis entah berapa tahun yang lalu. pagi itu memang aneh, cuaca begitu cerah meski musim dingin sedang menjadi-jadi. tak ada kabut. aku mengenakan pakaian terbaikku sedangkan adikku, yosef, masih terkantuk bahkan tidur disaat semua jemaat membacakan salah satu bagian injil.
katya bukan seorang katolik seperti aku, ia seorang muslim. ayahnya memiliki sebuah toko bunga di depan gereja. bersama ayahnya ia menawarkan bunga setiap hari kepada para jemaat dan pejalan kaki.
pertama yang kulihat dari katya ialah matanya. mata itu sangat indah, hijau seperti zambrut yang dibentuk dengan sempurna. aku menghampirinya mencoba menggodanya dengan senyum terbaikku. menanyakan harga setangkai bunga mawar tanpa melihatnya sebab yang ku perhatikan hanya matanya, zambrut itu. mendapat prlakuan itu zambrut muslimku tersipu tanpa kusadari ayahnya memperhatikan kami dan mengambil alih percakapan kami
"ada apa anak muda?"
"maaf pak, berapa harga mawar itu?" jawabku sedikit gugup
"1 dolar 50 sen"
tanpa berpikir panjang aku menyerahkan uang ke tangan ayah katya. ketika aku tetap tak beranjak dari tempat ku semula, ayah katya kembali membangunkan lamunanku
"ada lagi anak muda?!"
"tidak, terimakasih" lalu aku dengan enggan beranjak menuju gereja. menuju misa pertamaku. seminggu kemudian aku kembali ke gereja untuk melaksanakan misa. ketika akan membeli bunga aku mencari-cari alasan untuk menanyakan namanya. "tolong tuliskan di kertas ini "dari andrye" a-n-d-r-y-e andrye!"
"maaf nona,...?"
"katya."
"ya, nona katya. aku ingin anda merangkaikan saya bunga yang cantik" dengan cekatan katya berdiri lalu memilih beberapa bunga kemudian ia selimuti bunga itu dengan plastik bening serta memberinya pita. indah sekali. inilah bunga terindah yang aku beli. "ini tuan"
"jangan panggil saya tuan, panggil saya andrye"
"10 dollar tuan!" tiba-tiba aku mendengar suara ayah katya dari belakangku, terlihat sekali dalam nadanya bahwa ia tak suka aku bicara terlalu lama dengan anaknya, zambrut sempurnaku.
aku menyerahkan uang sepuluh dollar kepada ayah katya lalu pergi. dari belakang aku mendengar katya menayakan kenapa harga bunga itu mahal sekali
"bunga itu memang hanya 3 dollar saja, tapi ia bicara padamu terlalu lama dan aku tidak suka"
"maaf ayah" malam itu, seperti biasa aku makan malam bersama ibu dan adikku, yosef, malam itu adalah malam yang indah. bulan dapat kulihat dari sela-sela jendela. langit begitu jernih. angin bertiup tenang dan aku membayangkan zambrut sempurnaku malam malam bersama kami atau mungkin hanya kami berdua. di meja ada lilin yang menyala dan terdengar suara seksofon mengalun pelan. oh,... indah sekali. kenapa itu aku sangat suka melamun, sebab di dunia ini aku bisa merasakan apa saja ingin aku rasakan, dan aku memilih merasakan katya tiap malam dan merindukan miusa pagi di hari minggu, bukan hanya untuk berdoa tapi juga untuk melihat matanya yang indah luar biasa. pagi hari di hari minggu yang dingin aku bergegas ke gereja, aku berangkat terlebih dulu daripada ibu dan yosef. telah ku sipakan sebuah pertanyaan untuk katya. aku ingin menanyakan maukah ia makan malam denganku kapan saja katya punya waktu luang.
pakaian terbaik yang kumiliki telah terpakai, parfum, minyak rambut, sepatu telah aku persiapkan, semuanya terbaik. terbai yang pernah aku miliki aneh. aku yang terlalu pagi atau bagaimana? tak kulihat bus mini tempat katya dan ayahnya menjual bunga. aku menunggu tapi ku yakinkan pada diriku bahwa katya akan datang dengan ayahnya dan menjual mereka lalu aku akan membeli sebuah rangkaian bunga yang indah buatan katya.
aku tetap menunggu hingga ibu dan yosef datang serta para jemaat. aku masih menunggu hingga jemaat masuk ke gereja semua. dan aku masih menunggu ketika gereja telah sepi. hujan turun aku pasang payungku dan tetap berdiri ditempat yang sama selama hampir tujuh jam. aku pergi pulang ketika yosef menjemputku untuk makan malam. malam itu tak indah sama sekali bahkan suram. tigabelas misa pagi telah lewat tanpa aku melihat zambrut sempurnaku, katya, dan selama itu aku tak pernah mengikuti misa aku hanya duduk ditempat yang sama ketika aku menanti katya. pakaian, parfum, minyak rambut, sepatu yang sama setiap minggu kukenakan. ingin sekali aku mengatakan bahwa aku ingin makan malam dengannya, memegang tangannya, dan menatap zambrut indah matanya.
ingin sekali aku mengatakan aku merindukannya. bahkan dalam mimpi dan lamunan ia tak datang, tapi telah kukuatkan hatiku.
aku akan tetap menunggunya bahkan mungkin mencarinya. karena kesibukan anehku (aneh menurut ibu dan yosef) aku dilarang datang di misa pagi ini. mereka mengatakan bahwa pastur melarang ia datang ke gereja. padahal selama ini aku tak pernah masuk gereja hendak aku protes tapi mereka dengan cepat menutup pintu kamarku dari luar.
"ibu, ibu, ibu. aku ingin pergi ke gereja ibu."
"yosef, yosef, yosef"
aku ulai memohon namun yang terdengar hanya bunyi klik pintu rumah ditutup. aku melihat mereka berangkat dari jendela kamarku yang berteralis. kupegang gagang jendela besiku, menyesal karena aku tak tahu pikiran busuk mereka yang telah mengurungku. selama ini, ibu selalu melarangku keluar rumah selain ke gereja. ia mengatakan bahwa dunia luar hanya akan mengacaukan pikiranku. ternyata, memang pikiraku kacau di saat pertamakali aku keluar rumah menuju gereja lalu makin kacau ketika aku mulai menyadari betapa aku ingin beretemu katya. tapi aku merasakan keanehan dari pikiranku ini, ia tidak membuat aku merasa lemah melainkan hebat, ia tidak membuat aku terpuruk tetapi ingin menantang dunia, ia tak menciptakan sedih melainkan gembira yang tertahan, menanti untuk di keluarkan. kini aku telah lari dari rumahku. meninggalkan ibu dan yosef di malam hari. aku akan menuju arah yang paling aku suka. aku akan melangkah menuju getar-getar kuat dalam hatiku. aku akan menunggu. bukan hanya menunggu diam, tapi aku akan menunggu dengan mencarinya, katya, zambrut sempurnaku. cintaku. (selesai 22 april 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar