04 November 2008

Waktu Malam


waktu malam
aku mengenal kotaku lebih baik.
jalan-jalan sepi pengunjung
tinggal kopi dan rokok
menyesap di warung-warung mimpi.

jadi ada cerita untuk esok matahari
tentang tikus-tikus yang menguasai kota
mereka keluar dari rumah persembunyian
dibawah kota
menjajah tanpa tumpah darah

bulan, bintang, dan awan
tak ada yang peduli. sebab kami
bukan orang dulu. kami orang
yang mengaku orang kota.

waktu malam
aku melihat roda-roda berderak
bekerja penuh tangisan knalpot yang
mengusung sayur bertumpuk macamnya,
tahu berblek-blek, daging, ayam,
dan semua kehidupan yang bisa dijual.

seorang nenek terlihat menyunggi sebakul
besar ikan segar
menyerahkan diri pada kerja
hanya untuk cita anaknya yang kelak
akan durhaka dan membuangnya.

waktu malam
aku lihat wajah kotaku lebih jelas
lubang-lubang menganga dari batas
hingga batas. taman-taman bertebaran
menyajikan indah yang hanya sementara

seorang ibu dan tiga anaknya terlelap
diatas dipan bambu beratapkan langit
dikampung kumuh tengah kota
dekat gedung megah yang angkuh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kotaku

anak itu lelap
terlalu capek sehabis bermain dijalan-
jalan sepanjang hari
menengadahkan tangan, bertepuk tangan
sambil joget atau mengusap mobil mimpinya
dilampu-lampu merah.

sementara ibunya, sibuk sendiri
ditempat yang katanya rumah
( padahal, hanya sebuah gubuk dari kardus
dan kayu tripleks tembelan, yang bahkan
tak mampu menutupinya ketika terlentang
tuk bercinta, membagi dunia dengan lelaki)
duduk termenung melihat sungai. menanti
suami yang mengayuh becak, dan
anak-anak kecilnya yang "gembira" dijalan

waktu malam
aku membuka pagar besi rumahku yang tak
terkunci
bapakku yang mulai renta dimakan rokoknya
melihat ku lewat jendela hanya berkata
"masuklah, pintu tak tertutup"


Surabaya, 4 november 2008

Tidak ada komentar: